dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman.
(asy-syuara : 215)
Pada suatu malam Umar sedang meronda disuatu tempat sekitar kota Madinah dengan hambanya Aslam. Tiba-tiba kelihatan cahaya api tidak jauh dari tempat mereka berada. Dia berkata: "Nun ditengah-tengah padang pasir tampaknya ada tenda, mungkin kepunyaan suatu khalifah yang tidak dapat memasuki kota karena kegelapan malam. Mari kita lindungi mereka."
Setibanya mereka ditempat tenda itu, yang kelihatan hanyalah seorang perempuan dengan beberapa orang anaknya. Si ibu sedang memasak air, sambil memberi salam dia meminta izin untuk mendekatinya.
Umar: "Mengapa anak-anak ini menangis"
Perempuan: “mereka lapar"
Umar: "Apa yang ada didalam panci itu?"
Perempuan: "Hanya air untuk memperdaya mereka supaya mereka tidur agar mereka mengira ada makanan sedang disediakan untuk mereka. Ah, Allah s.w.t. akan mengadili pengaduanku terhadap Umar pada hari kiamat nanti kerana membiarkan aku didalam keadaan begini."
Umar:(Menangis)"Semoga Allah s.w.t. mengampuni kamu tetapi bagaimanakah saya hendak mengetahui tentang penderitaan kamu!"
Perempuan:"Orang yang menjadi Amir (pemimpin) patut mengetahui keadaan setiap rakyatnya."
Umar kembali kekota lalu Baitulmal. Dia mengisi sebuah karung dengan tepung, buah tamar, minyak dan kain baju. Dia mengeluarkan juga sedikit uang. Saat karung tadi telah penuh Umar pun berkata kepada Aslam: "Letakkan karung ini keatas belakangku Aslam"
Aslam: "Tidak, tidak, ya Amirul Mu'minin! Biar saya yang memikulnya"
Umar: "Apa! Adakah engkau yang akan memikuli dosaku dihari kiamat kelak? Aku terpaksa memikulnya kerana akulah yang akan dipersoalkan nanti mengenai perempuan ini"
Dengan perasaan serba salah Aslam meletakkan karung itu diatas belakang Umar. Dengan diikuti oleh Aslam dia telah berjalan menuju tenda perempuan itu. Dia memasukkan sedikit tepung, buah tamar dan minyak kedalam panci tadi lalu mengaduknya. Dia sendiri yang meniup bara untuk menyalakan api. Kata Aslam: "Saya melihat asap mengenai janggutnya"
Sebentar kemudian makanan itu pun sudah siap. Umar sendiri yang menghidangkan kepada keluarga miskin itu. Selepas kenyang perut anak-anak itu, mereka pun bermainlah dengan gembiranya. Melihat keadaan anak-anaknya, perempuan itu pun berkata:"Semoga Allah s.w.t. memberi ganjaran kepada kamu karena kebaikan hatimu. Sesungguhnya kamu lebih layak memegang jabatan khalifah, Umar”. Umar menghibur hati perempuan itu lalu berkata: " Apabila kamu datang berjumpa dengan khalifah, kamu akan menjumpai aku disana."
Setelah melihat kanak-kanak itu bermain, Umar pun pergi dari situ. Dalam perjalanan pulang Umar telah bertanya kepada Aslam:"Kamu tahu tidak mengapa aku duduk disitu beberapa saat?"Aku ingin melihat mereka bermain-main dan gelak ketawa karena gembira setelah melihat mereka menangis kelaparan."
Dari sepenggal kisah umar tadi, kita dapat mengambil pesan yang disampaikan bahwasanya ketika seeorang telah menjadi pemimpin maka ia bertanggung jawab kepada Allah SWT atas apa yang terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin seharusnya mengerti akan keadaan yang terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, pemimpin selayaknya turun ke bawah untuk mengetahui kondisi sebenarnya atas orang-orang yang dipimpinnya.
(asy-syuara : 215)
Pada suatu malam Umar sedang meronda disuatu tempat sekitar kota Madinah dengan hambanya Aslam. Tiba-tiba kelihatan cahaya api tidak jauh dari tempat mereka berada. Dia berkata: "Nun ditengah-tengah padang pasir tampaknya ada tenda, mungkin kepunyaan suatu khalifah yang tidak dapat memasuki kota karena kegelapan malam. Mari kita lindungi mereka."
Setibanya mereka ditempat tenda itu, yang kelihatan hanyalah seorang perempuan dengan beberapa orang anaknya. Si ibu sedang memasak air, sambil memberi salam dia meminta izin untuk mendekatinya.
Umar: "Mengapa anak-anak ini menangis"
Perempuan: “mereka lapar"
Umar: "Apa yang ada didalam panci itu?"
Perempuan: "Hanya air untuk memperdaya mereka supaya mereka tidur agar mereka mengira ada makanan sedang disediakan untuk mereka. Ah, Allah s.w.t. akan mengadili pengaduanku terhadap Umar pada hari kiamat nanti kerana membiarkan aku didalam keadaan begini."
Umar:(Menangis)"Semoga Allah s.w.t. mengampuni kamu tetapi bagaimanakah saya hendak mengetahui tentang penderitaan kamu!"
Perempuan:"Orang yang menjadi Amir (pemimpin) patut mengetahui keadaan setiap rakyatnya."
Umar kembali kekota lalu Baitulmal. Dia mengisi sebuah karung dengan tepung, buah tamar, minyak dan kain baju. Dia mengeluarkan juga sedikit uang. Saat karung tadi telah penuh Umar pun berkata kepada Aslam: "Letakkan karung ini keatas belakangku Aslam"
Aslam: "Tidak, tidak, ya Amirul Mu'minin! Biar saya yang memikulnya"
Umar: "Apa! Adakah engkau yang akan memikuli dosaku dihari kiamat kelak? Aku terpaksa memikulnya kerana akulah yang akan dipersoalkan nanti mengenai perempuan ini"
Dengan perasaan serba salah Aslam meletakkan karung itu diatas belakang Umar. Dengan diikuti oleh Aslam dia telah berjalan menuju tenda perempuan itu. Dia memasukkan sedikit tepung, buah tamar dan minyak kedalam panci tadi lalu mengaduknya. Dia sendiri yang meniup bara untuk menyalakan api. Kata Aslam: "Saya melihat asap mengenai janggutnya"
Sebentar kemudian makanan itu pun sudah siap. Umar sendiri yang menghidangkan kepada keluarga miskin itu. Selepas kenyang perut anak-anak itu, mereka pun bermainlah dengan gembiranya. Melihat keadaan anak-anaknya, perempuan itu pun berkata:"Semoga Allah s.w.t. memberi ganjaran kepada kamu karena kebaikan hatimu. Sesungguhnya kamu lebih layak memegang jabatan khalifah, Umar”. Umar menghibur hati perempuan itu lalu berkata: " Apabila kamu datang berjumpa dengan khalifah, kamu akan menjumpai aku disana."
Setelah melihat kanak-kanak itu bermain, Umar pun pergi dari situ. Dalam perjalanan pulang Umar telah bertanya kepada Aslam:"Kamu tahu tidak mengapa aku duduk disitu beberapa saat?"Aku ingin melihat mereka bermain-main dan gelak ketawa karena gembira setelah melihat mereka menangis kelaparan."
Dari sepenggal kisah umar tadi, kita dapat mengambil pesan yang disampaikan bahwasanya ketika seeorang telah menjadi pemimpin maka ia bertanggung jawab kepada Allah SWT atas apa yang terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin seharusnya mengerti akan keadaan yang terjadi pada orang-orang yang dipimpinnya. Oleh karena itu, pemimpin selayaknya turun ke bawah untuk mengetahui kondisi sebenarnya atas orang-orang yang dipimpinnya.
Saudaraku calon pemimpin, teruslah bersemangatlah!!!
Semoga kita masih termasuk kaum yang berIstiqomah dalam menegakkan agama Alloh.