Tuesday, November 16, 2010

Cara Kita Berbeda, Tapi Perjuangan Kita Sama

Presiden Pertama RI, Soekarno pernah berkata ”1000 orang tua hanya bisa bemimpi, dan 10 orang pemuda bisa menggemparkan dunia”. Apa yang dikatakan Soekarno mencermikan besarnya potensi yang dimiliki oleh pemuda Indonesia, sehingga ia pun berani menggambarkan bahwa hanya dengan 10 orang pemuda saja bisa mengguncangkan dunia. Banyak yang dapat dilakukan pada saat seseorang melewati masa menjadi pemuda. Lihatlah peristiwa sumpah pemuda yang didorong oleh para pemuda dari setiap suku bangsa yang membawa semangat untuk bersatu di bawah bendera Indonesia. Lihat pula peristiwa Proklamasi yang didorong dan didesak oleh para pemuda yang ingin bangsanya merdeka bukan dari hasil mengemis pada penjajah. Lihatlah pada saat desakan reformasi pada tata pemerintahan yang sangat korup pada 12 tahun silam yang dipelopori oleh semangat pemudanya yang tidak ingin negerinya dijajah oleh nafsu birokrat yang busuk. Semua peristiwa yang menghasilkan gebrakan besar ditorehkan oleh para pemuda, oleh jiwa-jiwa yang menginginkan perbaikan, yang menginginkan kehormatan akan harga diri, yang menginginkan kemanfaatan dari dirinya untuk orang lain. Ambisius, penuh mimpi, energik, penuh taktik revolusioner itulah pemuda kemenangan.

Namun, apa yang terjadi saat ini di negeri kita setelah reformasi berhasil dilahirkan? Dimana para pemuda yang dulu berapi-api menyuarakan semangat kebersamaan? setelah sebelumnya mereka bersatu memperjuangkan, menyuarakan keadilan dalam era Indonesia yang baru. Bukan kesalahan mutlak jika saat ini kita mengatakan pemuda Indonesia saat ini berada dalam kondisi layaknya sedang mengalami euphoria terhadap angin reformasi yang berhasil dilahirkan, mereka berlomba-lomba memenangkan kepentingannya. Pemuda terlalaikan oleh ambisi dan ego mereka sendiri.

Indonesia yang dulu pemudanya bersatu, pemuda yang dulu sangat dibanggakan sangat diharapkan oleh soekarno untuk menyuarakan kehebatan Indonesia dihadapan bangsa lainnya. Kini mereka terpecah menjadi kelompok-kelompok kecil yang ambisius dan egois. Mereka tetap konsisten memperjuangkan hak, bukan hak bersama tapi hak mereka masing-masing. Itulah realita pemuda Indonesia saat ini, mandul dengan kekuatan-kekuatan yang mereka kebiri sendiri dengan egoisme sempit kelompok. Mereka melupakan sejarah bahwa kita pemuda pernah satu, tidak hanya dalam slogan dan kata-kata tapi dalam realita perjuangan untuk satu negeri, INDONESIA. Mereka melupakan dasar pergerakan pemuda Indonesia, mereka telah melupakan nilai dasar Bhineka Tunggal Ika. Nilai luhur yang menginginkan Indonesia bersatu tanpa sekat tanpa kasta.

Dengan setiap potensi kemenangan yang dimiliki, pemuda menjadi sasaran untuk dilemahkan. Agar tidak banyak bersuara, agar sibuk dengan urusan kelompok sendiri. Bukannya mementingkan inti perjuangan yang dilakukan, pemuda saat ini justru sibuk mempermasalahakan setiap perbedaan yang ada. Setiap perbedaan menjadi lebih berarti untuk memisahkan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya.

Cara kita berbeda, tapi perjuangan kita sama. Itulah nilai yang harus ditanamkan dalam benak masing-masing kita yang berjiwa muda.agar kita sadar bahwa kita adalah satu untuk Indonesia. Setiap egoisme dikembalikan pada nilai kebhinekaaan. Setiap perjuangan yang dilakukan adalah untuk Indonesia. Tidak mempermasalahkan pada hal-hal pembeda kecil. Dan fokus pada inti perjuangan, pemuda untuk negeri.

Pemuda dapat direpresentasikan dalam berbagai wujud, termasuk mahasiswa. Bukan memuja, tapi menggambarkan keidealan posisi dan tanggung jawab yang diemban mahasiswa. Mahasiswa diposisikan pada posisi yang amat strategis, posisi moderat diantara kalangan elit dan masyarakat umum. Dengan posisinya yang moderat, mahasiswa dapat bergerak fleksibel. Dapat dengan mudah diterima saat masuk ke kalangan elit dan dapat diterima dengan terbuka oleh masyarakat umum.

Universitas Jenderal Soedirman adalah tempat dimana saat ini kita berada, dimana saat ini kita berjuang mewujudkan ego mimpi-mimpi kita. Banyak potensi kepemudaan disini, di dalam diri generasi Soedirman. Dengan semangat untuk memberikan kemanfaatan pada manusia lainnya yang saat ini dimiliki akan menjadi investasi untuk menjadikan generasi Soedirman bergerak dalam semangat yang sama, semangat yang satu untuk INDONESIA. Semangat yang akan mengingatkan bahwa generasi Soedirman adalah generasi yang konsisten untuk memberikan kemanfaatan pada masyarakat luas dengan berbagai cara tujuan kita tetap sama, INDONESIA.

Perjuangan dapat ditempuh dengan berbagai cara dari berbagai jalur. Baik itu dari jalur politis untuk memfasilitasi suara masyarakat akan bentuk perlakuan ideal elit pemerintahan, ataupun dari jalur pendidikan untuk sedikit berbagi ilmu bersama masyarakat yang kurang beruntung . Ataupun dari jalur pemberdayaan generasi-generasi soedirman, generasi yang bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk belajar berbagi kemanfaaatan diri bagi manusia lainnya. Melalui organnisasi-organisasi yang tumbuh subur di kampus ini, generasi Soedirman dibentuk untuk belajar berjuang dengan cara mereka masing-masing. Menjadi besar bukanlah proses yang mudah, butuh komitmen waktu, tenaga dan pikiran serta proses yang konsisten untuk membelajarkan generasi Soedirman akan kemanfaatan diri.

Cara kita berbeda tapi perjuangan kita sama. Itulah nilai kita. Tidak perlu memebesar-besarkan perbedaan kecil, tapi menjadikan setiap perbedaan menjadi potensi kekuatan pergerakan mahasiswa. Selama tujuan kita sama, tidak perlu mendramatisir setiap perbedaan cara yang kita lakukan. Lakukanlah apa yang kita masing-masing mampu lakukan untuk negeri ini. Bukankah masing-masing kita memiliki kewajiban untuk memperjuangkan kebaikan?

Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

3 comments:

phu said...

nice. keep up good work! =)

CallistaSipit said...

berat dho...
hehehe

Puput Rusianingtyas said...

“Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran hendaklah ia mengubah dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika ia masih tidak mampu, maka dengan hatinya dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim)

like this!
:D